Senin, 12 Maret 2012

Love Crime or.... Friendship Crime???

Malang, 13 Maret 2012
>> Kamar

Aku tidak percaya bahwa akhirnya mereka benar-benar menikah! Yup, menikah! Maksudku sekarang mereka benar-benar tinggal dalam 1 atap dan menjalankan peran sebagai suami istri dan tentu saja mereka benar-benar telah mengucapkan janji pernikahan di gereja. Bahkan mereka sekarang telah memiliki seorang putra lucu yang bernama Harry Livingston.

Barney Livingston dan Laura Castellano. Dua sahabat itu mengakhiri hubungan persahabatan mereka dan menasbihkannya menjadi ikatan suci berlabel pernikahan. Jelas suatu hal yang aneh bagiku. Maksudku mereka sejak dulu – dan semoga saja sampai sekarang – bersahabat begitu dekat. Begitu dekatnya sehingga bahkan Barney sudah dapat mengetahui apa yang ada dalam pikiran Laura sejak mereka masih bermain di bak pasir Taman Kanak-Kanak. Begitu karibnya sehingga sejauh apapun jarak yang memisahkan mereka secara geografis, Barney-lah tempat Laura menumpahkan segala masalahnya. Tentu saja dalam korodor persahabatan. Atau… bahkan koridor itu dibentuk oleh mereka sendiri secara tidak sadar untuk sekedar menutupi ketakutan bahwa ketika koridor itu runtuh maka keduanya akan kehilangan sahabat terbaiknya.

Menurutku, dua orang sahabat – yang berlainan jenis tentunya – tidak seharusnya menjadi pasangan kekasih. Umm, begini. Pernah dengar ungkapan-ungkapan yang mengatakan bahwa lebih baik memilih sahabat daripada kekasih? Mengapa? Karena tentu saja sahabat 1.000kali lebih mengerti kita. Ketika kita sedang jatuh cinta, maka kita buta. Untuk itulah kita butuh sahabat untuk menilai ‘dia’. Selalu butuh kacamata orang lain untuk melihat apa yang tidak bisa kita lihat dengan kacamata kita sendiri. Dan kacamata terjujur seringkali dimiliki oleh sahabat kita.

Nah sekarang, bagaimana jika situasinya berubah menjadi mencintai sahabat sendiri? Kacamata siapa yang akan kita pinjam untuk menilai ‘Sang Pemilik Hati’? Hey, please, sahabat bukan cuma satu orang kan? Iya, tapi percayalah, biasanya hanya ada satu sahabat yang paling kita percayai.

Seperti halnya yang dilalui Laura dan Barney. Berpuluh-puluh tahun mereka bersahabat. Tidak satupun rahasia yang tidak saling mereka ketahui, termasuk kehidupan pribadi. Laura sudah berkencan dengan banyak pria. Barney pun memiliki riwayat bersama wanita yang jumlahnya tidak sedikit. Dan keduanya sama-sama mengetahuinya. Bahkan saling mendukung. Sampai ketika Laura menemukan pasangan hidupnya dan memulai kehidupan baru dengan menyandang status sebagai seorang istri Palmer Talbout, Barney juga ada dalam kegembiraan itu. Dan ketika Laura akhirnya berpisah dengan Palmer, Barney pun ada dalam kesedihan itu.

Laura selalu kembali pada Barney. Karena bukan hanya semangat hidup yang ditawarkan oleh Barney, tetapi dia juga memberi kehidupan pada Laura. Hidup dan kehidupan adalah sesuatu yang sangat berbeda. Anda mungkin hidup –bernapas, bergerak, dan beraktivitas layaknya orang lain-, tapi apakah hidup sudah memberikan arti kehidupan itu sendiri kepada Anda? Hingga suatu saat mereka menjadi begitu benci dan lelah menjelaskan kepada setiap orang bahwa hubungan mereka hanya sebatas sahabat. Akhirnya, berakhirlah persahabatan platonis mereka.

Mungkin setelah ini aku akan berpikir keras bisakah cinta muncul dari persahabatan. Tentu saja tidak bisa! Kapan cinta muncul bukanlah sesuatu yang harus dipikirkan. Itu adalah hak prerogatif Tuhan. Akhirnya anggapanku bahwa mencintai sahabatmu adalah suatu ketidakwajaran juga tidak sepenuhnya benar. Tapi ketika aku memiliki sahabat, aku akan mencoba bersahabat dengan tulus. Bersahabat tanpa pamrih. Salah satunya adalah dengan tidak mengharapkannya membalas lebih dari sahabat. Begitulah persahabatan semestinya.

Ah,iya! Kalau Anda belum tahu siapakah objek pembicaraan ini –maksudku Barney Livingston dan Laura Castellano-, mereka adalah pasangan dokter dalam novel “Doctors” karangan dr.Erich Segal. Hahaha… Jangan terlalu serius menanggapi tulisan ini. Ini hanya sepintas pikiran penulis yang sudah jatuh cinta *dengan novel tersebut*. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca atau mungkin ikut-ikutan kepikiran gara-gara tulisan ini. =P
NB : Cobalah melihat sekitar. Bisa jadi sahabatmu – orang yang mengenalmu jauh lebih baik daripada kamu mengenal dirimu sendiri- yang akan menjadi pasangan hidupmu di kemudian hari. Bukankah menyenangkan menghabiskan waktu bersama dia yang mengenal kita? Nah, jadi kepikiran kan sekarang? Hahaha…

2 komentar:

  1. :)
    Laura & Barney dulu gak pernah kepikiran bakal menikah, mereka benar-benar tulus bersahabat...
    persahabatan itu punya warna kasih yang sangat indah...

    pikiranku melayang, sampai ke kota asalku... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. eh, ada kakak S2..

      ceileh.... keinget siapa tuh? prikitiuw...

      intinya kalo bersahabat harus tulus. =))

      Hapus